​Baru-baru ini saya dikagetkan dengan seekor tikus yang tiba-tiba menghampiri saya ketika sedang asyik membaca salah satu tulisan di Mojok sambil tidur-tiduran santai di lantai. Bahkan, tikus linglung itu hampir mencium pipi saya, naudzubillah! (syukur-syukur kalau tikusnya itu jantan, bagaimana jika betina? LGBT) Saya kaget, tikus itupun kaget (dan kami saling berpandangan dan jatuh cinta *eh salah) sontak dia lari secepat kilat dan hilang dari pandangan saya. Saya pun mulai membayangkan seandainya tadi mulut saya terbuka mungkin dia sudah masuk ke mulut saya, ih jijik!

Melihat bakat lari secepat kilat yang dimiliki oleh tikus, kemudian saya kembali berpikir bahwa tikus bisa saja menjadi tokoh utama menggantikan kura-kura dalam dongeng Kancil dan Kura-kura yang bercerita tentang lomba lari yg dimenangkan oleh Kura-kura. Mengapa? Saya sebenarnya kasian sama si Kancil dalam cerita tersebut karena dia digambarkan sebagai binatang sombong nan lengah. Nah, ketika salah satu tokohnya diganti niscaya pertandingannya akan lebih seru dan terasa adil. Dan jika itu terjadi maka bukanlah menjadi dongeng, melainkan lomba lari yang serunya kurang lebih sama dengan pertandingan bola antara Barcelona Vs Real Madrid, hah hiperbola sekali!

Satu pelajaran yang saya dapat dari kejadian ini adalah saya semakin percaya bahwa memang pantas tikus diasosiasikan dengan koruptor. Selain sama-sama pengerat, juga sama-sama larinya cepat ketika sudah ketahuan lalu bersembunyi tanpa pernah muncul lagi dan tak pernah merasa bersalah.