Disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dsb.). Kata ini pasti sudah sering kita dengar, baik anak sekolah, mahasiswa, maupun orang yang telah bekerja.  Ketika mendengar kata tersebut, agak sedikit ‘parno’ mungkin karena kata ini bagi sebagian orang adalah sesuatu yang ‘menakutkan’, terbayang bagi seorang mahasiswa yang harus masuk kuliah pukul 08.00 WITA, tidak boleh terlambat. Apalagi menghadapi dosen killer pasti yang tidak bisa bangun pagi harus memaksa diri untuk masuk karena takut disemprot dosen killer tersebut, mungkin itulah contoh kedisiplinan sederhana di kalangan mahasiswa.

Nah, jika disiplin adalah kata yang menakutkan, bagaimana dengan kata kebebasan? pasti mendengar kata ini lebih indah tentunya daripada kata disiplin tadi. Kata kebebasan berasal dari kata bebas yang dalam KBBI artinya  lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu, dsb sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, dsb dng leluasa). Pastilah kebanyakan orang menyukai kata ini karena orang bisa melakukan apa saja tanpa ada halangan apapun, baik itu berbicara, bergerak, maupun berbuat apa saja. Nah jika dilihat, kata disiplin bisa dikatakan sangat bertolak belakang dengan kata kebebasan. Disiplin mempunyai aturan-aturan yang harus ditaati sedangkan bebas atau kebebasan tidak memiliki penghalang untuk melakukan apapun. Sangat bertentangan bukan? Tetapi tahukah jika kata disiplin sangat erat kaitannya dengan kebebasan? Julie Andrews mengatakan bahwa disiplin adalah sumber kebebasan. Benarkah seperti itu? Mari kita lihat salah satu contoh disiplin yang erat dalam kehidupan sehari-hari kita. Misalnya saja disiplin makan, terutama pada penderita maag, jika penderita maag tidak disiplin makan pada waktunya, tentu saja perut yang seharusnya diisi akan memberontak dan penyakit maag akan kambuh dan tentu saja menganggu aktivitas harian. Masihkah kita bebas melakukan apapun yang kita mau jika penyakit maag menganggu? Masihkah kita kuliah dengan perasaan yang tenang jika maag menyerang? tentu tidak kan?

Fenomena disiplin lain yang paling sering dilanggar adalah disiplin waktu. Misalnya, seorang mahasiswa yang harus masuk kuliah pukul 08.00 WITA, tetapi bangun pagi pukul 07.59 WITA gara-gara menonton film korea sampai pukul 03.00 WITA dinihari dan rumah tempat tinggalnya ± 20 km dari kampus otomatis memerlukan waktu kurang lebih 60 menit untuk sampai di kampus. Tentu saja dosen akan lebih dulu berada di ruangan daripada mahasiswa tadi alias si mahasiswa terlambat. Bayangkan saja pastilah si mahasiswa akan kena marah oleh dosen tadi. Jika saja si mahasiswa tepat waktu masuk kelas ia akan terbebas menjadi sasaran kemarahan dosen dan juga terbebas dari rasa buru-buru ke kampus. Barangkali jika si mahasiswa terus-terusan seperti itu ia akan mati karena ketidakdisiplinannya. Jika si mahasiswa tersebut di hari berikutnya terlambat bangun lagi dan ia harus mengebut menerobos lalu lintas dan saat melanggar lalu lintas tiba-tiba truk melintas dan menabrak si mahasiswa tersebut, pepatah Irlandia yang berbunyi “Orang yang tidak disiplin akan mati tidak terhormat” itu benar.

 

Catatan: Tulisan ini dibuat semasa kuliah dan baru diposting sekarang.