Di Tulisan sebelumnya, saya telah menyinggung nama Prof. A. Amiruddin. Salah satu mantan Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) yang memiliki sikap to’do’puli. Beliau menjabat sebagai rektor keenam pada tahun 1973 s.d. 1982 dan juga pernah menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Selatan ke-4. Tentunya beliau bukan orang biasa. Selain pernah menjadi orang nomor satu di Unhas, beliau juga pernah menjadi orang nomor satu di Sulawesi Selatan. Selain itu, masih banyak pencapaian-pencapaian beliau yang belum saya sebutkan.
Orang sehebat Prof. A. Amiruddin punya sisi yang menarik. Sisi menarik tersebut diceritakan oleh seorang dosen pada saat memberikan mata kuliah. Cerita (berdasarkan pengalaman) itu disampaikan selang beberapa minggu kepergiannya. Cerita ini disampaikan (barangkali) untuk mengenang Prof. A. Amiruddin semasa hidupnya. Cerita ini terjadi ketika seorang dosen (Drs. H.M Dahlan Abubakar, M.Hum) yang sempat bersama beliau menghadiri perayaan Penerbitan Kampus (PK) Identitas.
Hari itu, Drs. H.M. Dahlan Abubakar, M.Hum., (atau biasa dipanggil Pak Dahlan oleh mahasiswa) ke rumah Prof. A. Amiruddin untuk menjemput beliau di rumahnya tepatnya di Jl. Hertasning untuk menghadiri perayaan ulang tahun Penerbitan Kampus (PK) Identitas. Sesudah Maghrib pun mereka siap-siap berangkat ke tempat acara tersebut. Ketika membuka pintu, Prof Amiruddin bertanya, “Siapa yang bawa mobil? Pak Dahlan pun menjawab,“Saya sendiri Prof.” Prof. Amiruddin pun langsung menjawab, “Oh baiklah, saya duduk di depan kalau begitu.” Pak Dahlan pun berpikiran kok mau-maunya ya seorang mantan rektor dan mantan gubernur menumpang Mercy keluaran 2003. Selama di perjalanan tidak ada pembicaraan di antara mereka. Pak Dahlan tidak berani membuka diskusi.
Akhirnya, mereka pun tiba di tempat acara pukul 19.30 Wita. Di tempat tersebut, hadir juga Rektor dan Wakil Rektor III Unhas. Prof. Amiruddin pun menyantap makan malam di barisan kursi depan bersama dengan rektor dan wakil rektor III. Sebelum acara selesai, Pak Dahlan pun membisiki Prof. Amiruddin untuk pulang. Mereka pun keluar ke tempat parkir menuju mobil yang mereka kendarai. Tiba-tiba dari arah belakang, Pak rektor bertanya kepada Prof. Amiruddin,“Prof siapa yang antar?” Prof. Amiruddin pun menjawab, “Itu ada sopir saya.” Pak Dahlan pun langsung menambahkan, “Saya Prof, kapan lagi menjadi sopir mantan rektor dan mantan gubernur.” Prof Amir pun langsung tertawa.
Memaknai cerita tentang Prof. Amiruddin di atas, saya belajar tentang kesederhanaan seseorang yang luar biasa dan kedekatan seorang (mantan) pemimpin dengan orang lain. Barangkali, hal itu bisa diteladani.