Kata tidak adalah salah satu bentuk perlawanan. Ketika mengatakan kata tidak berarti kita menolak, tidak setuju, atau melawan pernyataan sebelumnya. Sekali-kali kita butuh untuk menolak, tidak setuju, bahkan menolak. Hal itulah yang coba saya lakukan. Mencoba menolak tawaran anak kecil yang menawarkan tisunya ketika saya akan pulang dari daerah Bumi Tamalanrea Permai (BTP). Sebenarnya saya ingin membelinya karena kasian dan tisu di kost juga sudah hampir habis. Akan tetapi, saya menyadari bahwa persediaan uang saya sudah menipis. Jika saya membeli tisu itu dan menghabiskan uang mingguan saya, apa yang harus saya lakukan untuk beberapa hari ke depan? Akhirnya, saya pun menolak membeli tisu tersebut. Saya teringat kalimat dalam drama The Legend of The Blue Sea yang dikatakan oleh Heo Joon Jae, kurang lebih dia bilang begini, “Khawatirkan dirimu sendiri sebelum mengkhawatirkan orang lain.” Dan saya sepakat.
Menunjukkan kelemahan seseorang bukanlah perkara yang mudah. Butuh keberanian untuk melakukannya. Hari ini tiba-tiba saja saya merasa berkewajiban untuk menunjukkan kesalahan tajwid oleh teman yang menjadi imam pada waktu salat Maghrib. Ada kesalahan pada saat dia membaca an’amta. Dia membacanya dengan berdengung. Padahal, hukum tajwid pada kata tersebut adalah idzhar (jelas dan terang) yang berarti tidak didengungkan. Itulah yang saya ketahui dan saya menyampaikannya kepadanya. Tentunya tidak di depan banyak orang karena saya masih ingat perkataan Imam Ibnu Hibban yang mengatakan bahwa menasihati jika dilakukan secara rahasia berarti memperbaiki dan kemungkinan diterima nasihat tersebut lebih besar. Hasilnya, teman saya berterima kasih atas apa yang saya beritahukan padanya. Dan saya senang.
Satu hari mungkin tidak cukup dengan dua keberanian saja. Butuh lebih banyak tindakan berani lainnya di hari-hari selanjutnya.
Jangan Lupa Bahagia dan Jangan Lupa Lebih Berani.