Puisi atau Novel. Ketika disuruh memilih untuk membaca puisi atau novel, mungkin sebagian orang (termasuk saya) lebih memilih untuk membaca novel. Salah satu alasannya karena novel berbentuk cerita yang tentu penokohan dan alurnya lebih kompleks dalam menyampaikan makna dibandingkan puisi. Karena hal tersebut, novel lebih banyak saya baca dibandingkan buku kumpulan puisi. Jika menghitung novel dan buku kumpulan puisi yang saya miliki, pasti novellah yang menang banyak.

Aktivitas membaca puisi sebenarnya suka saya lakukan, tetapi hanya membaca beberapa puisi yang saya suka, tidak pernah fokus membaca satu kumpulan puisi. Namun, dua tahun belakangan ini, saya jatuh cinta *eh pada sebuah buku kumpulan puisi. Buku kumpulan puisi tersebut judulnya adalah Kepalaku: Kantor Paling Sibuk di Dunia karya M. Aan Mansyur.

Buku kumpulan puisi tersebut memiliki ± 78 jumlah halaman dengan bentuk buku yang tidak terlalu besar. Hal ini membuat saya mudah untuk membawanya ke mana saja walaupun memakai tas kecil. Selain itu, yang membuat saya jatuh cinta pada buku kumpulan puisi tersebut adalah puisi-puisi yang ada di dalamnya. Puisi-puisi tersebut berjudul “Kepalaku: Kantor Paling Sibuk di Dunia”, “Sepasang Baju Penghangat”, dan “Surat Cinta yang Ganjil”. Ketiga puisi itu menjadi andalan saya di dalam buku kumpulan puisi tersebut. Ada baiknya kalau saya membagi isi yang saya dapatkan dari ketiga puisi tersebut supaya rasa penasaranmu hilang dan alasan jatuh cinta saya jelas, hehehe.

Puisi “Kepalaku: Kantor Paling Sibuk di Dunia” adalah puisi favorit saya. Puisi ini terletak di halaman pertama. Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh yang hanya memikirkan satu orang (mungkin pacar) di dalam hidupnya. Kak Aan menganalogikan kepala yang tak pernah berhenti memikirkan seseorang dengan sebuah kantor yang tak pernah berhenti bekerja walaupun hari libur.

ya, percayalah. kepalaku: kantor paling sibuk di dunia.

anehnya, hanya seorang bekerja tiada lelah di sana.

 engkau saja.

Kutipan di atas menggunakan kata-kata yang sederhana. Tidak ada kata asing bagi telinga kita. Namun, kak Aan mengemasnya dengan sangat menarik. Saya membayangkan si aku yang dipenuhi dengan pikiran tentang pekerjaan yang harus segera diselesaikan, tentang rekan kerja yang menyebalkan, tentang menu makan siang yang membingungkan untuk dipilih. Namun, gara-gara seseorang (si engkau), pikiran-pikiran tersebut pun hilang berganti dengan pikiran  tentang si engkau. Siang dan malam selalu memikirkan si engkau. Akhirnya kepala si aku layaknya kantor tersibuk yang buka 24 jam seperti minimarket dan UGD.

Puisi ini juga menggambarkan perasaan yang mendalam. Setia, itulah perasaan mendalam yang saya maksudkan. Si aku hidup di dunia yang dipenuhi oleh miliaran manusia, bertemu dengan banyak orang setiap harinya, tetapi kepala si aku hanya didominasi oleh si engkau. Tidak ada tempat untuk orang lain dan tidak ada waktu memikirkan orang lain. Setia bukan? Zaman sekarang sulit/langka menemui seseorang yang setia. Jika kamu mendapatkan sesuatu yang langka, itu akan membekas dalam ingatanmu, bukan? Akan meninggalkan kesan yang mendalam.

Jika kamu punya pacar, puisi tersebut jangan dibacakan dulu kalau kamu belum siap menikah hehehe. Atau kalau pacarmu sedang marah coba bacakan bait di atas, mungkin marahnya akan reda.

Puisi yang berjudul “Sepasang Baju Penghangat” ada pada halaman delapan belas. Puisi ini juga adalah salah satu puisi menarik yang pernah saya baca. Sebenarnya, tokoh (aku) dalam puisi ini hanya mau mengatakan bahwa dia merindukan dan ingin memeluk si kamu. Namun, cara penyampaiannya tidak biasa karena dengan cara mengambinghitamkan baju penghangat. Kalau tidak percaya lihat saja kutipan puisi tersebut di bawah ini:

di lemariku ada satu baju penghangat 

yang bagian dalamnya rindu memeluk 

tubuhku dan bagian luarnya rindu dipeluk

tubuhmu

Puisi tersebut boleh dibacakan untuk pacarmu, tetapi jangan mempraktikkannya ya, kan belum muhrim, hehehe.

Puisi terakhir berjudul “Surat Cinta yang Ganjil” ini ada di halaman 21 ̶ 22. Di halaman 21 ada 25 baris. Setiap barisnya diberi nomor dari 1 ̶ 25. Jika kita baca baris pertama sampai terakhir, puisi tersebut bermakna perpisahan dan kebencian. Namun, ingat ya judulnya adalah “Surat Cinta yang Ganjil” jadi saya hanya membaca baris yang bernomor ganjil. Maknanya sangat berbeda ketika membaca semua baris. Ini serius. Tidak percaya? Silakan dibaca.

Karena menyukai beberapa puisi di dalamnya, buku ini sering saya bawa ke mana-mana. Ketika bertemu teman, saya membawanya untuk berjaga-jaga apabila saya harus menunggu. Membaca puisi di dalam buku tersebut membuat saya tidak bosan  dan jengkel menunggu karena saya selalu membayangkan bahwa si engkau dalam puisi “Kepalaku: Kantor Paling Sibuk di Dunia” adalah saya. Saya yang terus dipikirkan orang lain. Saya menjadi dominan dalam kepala orang tersebut. Membayangkannya saja saya sudah bahagia. Seketika bosan dan jengkel berubah jadi bahagia. Buku ini adalah moodboster.

Saat saya sedih, merasa tidak ada yang peduli dengan saya buku ini selalu ada. Ketika membaca buku ini (khususnya puisi “Surat Cinta yang Ganjil”) saya merasa bahwa di tempat yang jauh ada seseorang yang peduli dan menyayangi serta mengharapkan kebahagiaan saya. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk bersedih.

Saat senang pun, seperti saat selesai makan atau saat tulisan telah diposting di blog, buku ini juga selalu ada. Membaca buku ini (khususnya puisi “Sepasang Baju Penghangat”) saya merasa bersyukur karena saya masih bisa makan dengan baik dan menyelesaikan tulisan dibandingkan si aku dalam puisi tersebut yang sedang merindukan seseorang. Sungguh, makan dengan perasaan merindukan orang lain itu tidak enak.

Bukankah kita akan bahagia apabila seseorang atau sesuatu yang dicintai selalu ada bersama kita dalam keadaan apa pun? Dan buku ini selalu ada. Jadi, saya sudah bahagia. Lalu, apalagi yang saya cari? Ya, tinggal pembaca puisinya yang mesti saya cari hehe.