Memiliki banyak hal yang ingin dilakukan tentu tak ada salahnya sepanjang bersungguh-sungguh untuk melakukannya. Namun, tidak semua yang kita inginkan bisa tercapai. Adakalanya, yang kita inginkan itu masih tertunda. Saya pun masih memiliki beberapa hal yang belum sempat saya lakukan.
Yang Belum Sempat Saya Lakukan dengan Teman Angkatan
Bulan Ramadan rasanya tak lengkap kalau tak ada ajakan buka bersama atau diakronimkan menjadi bukber. Ajakan tersebut bisa datang dari teman angkatan pas kuliah, teman SMA, teman SMP, sampai teman SD. Di media sosial sudah banyak teman yang mengunggah foto bukber mereka. Melihat unggahan tersebut, tentunya timbul juga keinginan untuk buka puasa bersama, terlebih dengan teman angkatan saya selama kuliah. Tahun lalu kami gagal melakukan bukber. Namun, tahun ini saya berharap bisa bukber dengan orang-orang di angkatan yang diberi nama Deskripsi 2011. Ya, nama angkatan kami adalah Deskripsi 2011. Deskripsi merupakan akronim dari kaderisasi dan pengenalan Sastra Indonesia. Deskripsi sendiri kalau sesuai KBBI V itu memiliki makna pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Nama ini diberikan kepada kami tentunya memiliki tujuan. Tujuan yang saya pahami adalah bahwa saya dan teman-teman diharapkan mampu menjadi gambaran yang jelas dari sebuah himpunan yang membawahkan kami.
“Bukber yuk!”
“Ayomi bukber.”
“Yuklah.”
Kirakira itulah beberapa pesan yang ada di media sosial. Isinya sama, samasama mengajak untuk bukber. Pesan ini muncul di grup Line. Percakapan yang terjadi di grup masih sebatas ajakan, waktu dan tempatnya masih samar-samar, belum jelas. Hari ini puasa sudah memasuki hari keenam belas. Namun, ajakan tersebut belum menjadi sebuah temu. Semoga tak berakhir menjadi sebuah wacana belaka
Yang Belum Sempat Saya Lakukan sebagai Anak
Ibu dan bapak hanya punya dua orang anak. Saya dan seorang adik laki-laki. Kami berdua jarang berada di rumah. Saya lebih banyak tinggal di Makassar dan adik sedang berada di Banjarmasin. Adik saya, entah karena berada jauh dari rumah, sering sekali menelepon untuk memberi kabar dan menanyakan apakah bapak dan ibu sehat. Obrolan-obrolan seperti itulah yang juga diharapkan terjalin antara saya dengan bapak dan ibu. Namun, saya jarang sekali menelepon ke rumah. Paling saya menelepon karena ada hal yang penting dan mendesak yang harus dibicarakan. Perbedaan di antara kedua anaknya menyebabkan ibu dan bapak sering sekali membandingkan saya dan adik. “Itu adekmu seringnya tawwa menelpon, kau iyya nda pernah,” kata ibu saya. Mendengar kalimat itu, saya hanya diam tak mampu berkata-kata. Sebenarnya, saya ingin membela diri tapi saat itu saya sedang malas menjelaskan.
Saya belum sempat menjadi anak yang baik untuk orang tua dengan banyak memberi kabar kepada mereka. Walaupun belum menjadi anak yang baik, tetapi semoga tidak menjadi anak yang durhaka. Jangan sampai nasib saya seperti Malin Kundang. Satu hal pertama yang saya inginkan di usia 23 tahun ini adalah menjadi anak yang frekuensi menelponnya kurang lebih sama dengan adik agar tak dibanding-bandingkan lagi.
Yang Belum Sempat Saya Lakukan untuk Diri Sendiri
Hampir sebulan saya berada di kampung halaman. Namun, belum sempat merasakan keindahan kampung halaman saya ini. Banyak sekali tempat wisata yang ingin dikunjungu. Mulai dari Pantai Seruni, Mini Showfarm, sampai kebun stroberi. Semua itu belum sempat saya rasakan keindahannya. Niat untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut selalu ada. Namun, apa daya cuaca tak mendukung. Ya, selama Ramadan hari-hari selalu dipenuhi dengan hujan. Selama enam belas hari puasa, cuma di hari kelima belaslah saya bisa menyaksikan matahari terbit dan terbenam. Hari-hari yang lain selalu dipenuhi dengan rintik hujan. Alhasil, rencana untuk mengunjugi tempat-tempat tersebut masih tertunda sampai saat ini
Kamu bagaimana? Masih banyak hal yang belum sempat kamu lakukan juga?
#15harimenulis
atrasina adlina
buka bersama teman angkatan yang rasanya agak sulit mi dilakukan kalau sudah berbeda daerah. hufh.. semoga gak sekedar wacana ya. heheh
irmawati
Iya kak karena sesuatu yg sekedar wacana itu seperti utang yg harus dilunasi