Tulisan ini ada untuk mengapresiasi diri sendiri karena sudah bertahan terutama selama beberapa tahun terakhir. Iya, dalam kurun waktu sepuluh tahun, terhitung 2011 sampai 2021 benar-benar merasakan mimpi itu apa, bagaimana cara mewujudkannya, bagaimana respons terhadap orang-orang yang nda percaya sama mimpi-mimpiku.
Kalau mau dibilang lebih banyak pahitnya sih iyaa banget. Kayak sepahit itu ternyata berjuang. Terlebih ketika orang terdekat yang bilang, “Mau apakah lagi kuliah? Sudah cukup S1 saja.” Rasanya mantap!
Ya, salah satu mimpiku adalah bisa sekolah lagi. Sudah menargetkan memang bahkan sebelum selesai S1 buat lanjut sekolah. Tapi, mimpi itu tidak langsung terealisasi. Mesti banyak sekali persiapan untuk menuju ke sana. Harus tes TOEFL, harus tes TPA, harus mikir uang dari mana buat bayar UKT. Ya, soalnya orang tuaku tidak mau duitnya kupake buat sekolah. Sedih tapi tidak apa-apa. Jadi, ya sudah berjuang dulu buat penuhin persyaratannya dan cari cara buat bisa lulus beasiswa. Tahun 2017 dan 2018 sebagai tahun untuk persiapan. Tahun 2018 daftar beasiswa tapi gagal. Tahun 2018 juga jadi tahun yang benar-benar jatuh, berasa paling di bawah. Semua yang kucoba tahun itu gagal semua.
Tahun 2019 bangkit mencoba daftar sekolah dan beasiswa. Akhirnya, semua doa dan usaha terbayarkan. Tapi lagi-lagi prosesnya tidak mudah. Urus berkas sana-sini bukan main capeknya. Mau nangis sajalah pas urus persyaratan administrasinya. Akhrinya, universitas tujuan menerima, tapi belum bisa kuliah di semester ganjil. Ya, saya harus defer sebab pengumuman beasiswa belum ada.
Semester genap harusnya sudah kuliah, tapi karena saya maunya kuliah di semester ganjil dan nda bisa defer lagi. Akhirnya, saya melepaskan kesempatan kuliahku tahun 2019 itu.
Ada rasa bangga sih. Di saat beberapa orang ditolak masuk universitas itu. Saya malah melepaskan kesempatan yang sudah di depan mata. Kalau dianalogikan mungkin kayak suka sama seseorang dan orang itu akhirnya suka balik. Tapi, belum bisa bersama karena waktunya nda tepat heuheu.
Saya melepas kesempatan itu, tentu saja sudah memastikan kalau namaku tidak di-blacklist. Tahun 2020 saya kembali daftar dan akhirnya diterima. Beasiswa juga sudah di tangan. And yeah, 2020 jadi maba, yeay~
Semester satu harus struggle buat mengikuti perkuliahan. Harus belajar dan ikut diskusi sana-sini supaya pintar. Maklum, sudah lama tidak belajar heuheu. Capek iya, banget. Tapi, saya harus bertanggung jawab sama pilihan yang sudah kuambil. Karena sudah pilih buat kuliah, saya mesti giat belajar apalagi kuliah pake pajak orang. Kalau salah picca ada yang mencak-mencak nda terima uang pajaknya dipake sama saya 🙂 Memang ada? Adaaaaaaaaa hahaha.
Sampailah di tahun ini, 2021. Bikin apa selama setahun ini? Ikut berbagai kegiatan kayak seminar, ketemu banyak orang walaupun masih daring. Tahun ini tentu saja masih kuliah tapi dengan sedikit SKS, tidak seperti semester-semester sebelumnya. Pas ingat-ingat waktu sulit pasti menangis karena ingat perjuangan urus sana-sini. Itu pun mengurusnya sendirian dan berkali-kali. Capek? Sangat, tapi nda bisa menyerah.
Ke depannya mungkin lebih berat lagi. Saya nda minta buat dimudahkan, tapi saya minta untuk dikuatkan supaya saya bisa lewati semuanya.